Oknum Anggota DPRD Siksa dan Telanjangi Istri Kemudian Dipotret
PALEMBANG, KOMPAS.com — Jika pengakuan S (43) ini benar, alangkah tragisnya peristiwa dalam rumah tangga anggota DPRD itu. Kekerasan dalam rumah tangga bukan hanya dialami Manohara Odelia Pinot. Di Musi Rawas, S juga mengaku menjadi korban KDRT oleh suaminya sendiri yang berinisial IWN. IWN, menurut S, adalah anggota DPRD Kabupaten Mura.
Peristiwa ini terungkap saat S datang ke Mapoltabes Palembang, Minggu (31/5) sore. Ditemani seorang kerabatnya, S melaporkan kekerasan yang dialaminya itu.
“Saya juga ditelanjangi dan dipotret. Dia ngancam foto itu bakal disebarkannya,” kata S di hadapan polisi.
S mengaku, suaminya sering menyiksanya hanya karena masalah sepele. Penyiksaan yang diterima sudah terjadi sejak beberapa tahun. “Dulu saya juga sempat melaporkan dia ke polisi, tapi akhirnya kami berdamai,” kata S lagi.
Akibat penyiksaan yang dialaminya, perempuan ini mengaku depresi, bahkan sempat dirawat di rumah sakit. Penyiksaan terakhir dilakukan suaminya saat S sedang berobat di RS Charitas, Sabtu (30/5) malam. “Saya ditarik dan dipukul di depan umum saat di rumah sakit,” katanya lagi.
S sebenarnya tidak bersedia diwawancarai wartawan. Bahkan, ia sempat meminta polisi menutupi laporannya agar tidak diketahui wartawan. Namun, Sripo berhasil mendapatkan informasi dari keterangan langsung S di ruang SPK saat melapor.
Saat melapor, S tampak tenang. Ketika memasukkan laporan ke petugas SPK Poltabes, sesekali perempuan ini menelepon keluarganya. Isi pembicaraannya, S mengabarkan bahwa dia sedang berada di Mapoltabes Palembang melaporkan suaminya ke polisi.
Setelah 45 menit berada di ruang SPK, dia menjalani pemeriksaan intensif di ruang Unit Harda dan Dokpal Poltabes yang kebetulan sedang piket. Dari balik lengan kanan bajunya yang tersingkap, Sripo melihat luka gores tipis sepanjang 10 cm. Luka gores itu tampak mengering.
Bantah Keras
Laporan S itu dibantah keras oleh anggota DPRD Musirawas, IWN. Sripo yang meminta konfirmasi melalui ponsel, Minggu (31/5), mendapat jawaban tegas bahwa ia tidak menganiaya. “Istri saya itu dirawat di Charitas, tapi ia ngamuk-ngamuk dan minggat dari rumah sakit. Ia dirawat di rumah sakit karena vertigonya kambuh. Sebelumnya ia dirawat oleh dokter saraf RS Siti Khodijah, dan disarankan pindah ke RS Charitas. Jadi itu, kalau dikatakan menganiaya tidak benar. Dia kan istri saya sendiri, masa saya melakukan penganiayaan,” ujar IWN yang saat ditelepon mengaku sedang berada di Lampung dalam perjalanan ke Jawa.
Ditambahkan, penyakit vertigo yang diderita istrinya memang sering kambuh, terutama dalam setahun terakhir. “Kondisi kejiwaannya juga sangat labil dan sepertinya depresi berat, mungkin pengaruh vertigo tersebut,” ujar IWN, anggota DPRD Mura dari PKNU.
Direktur Eksekutif Woman Crisis Centre (WCC) Sumsel Yenni Roslaini Izi yang dihubungi terpisah mengatakan, pelaku KDRT bisa siapa saja tidak hanya dari kalangan nonpendidikan, tapi juga orang berpendidikan. “Jadi hanya mitos jika pelaku KDRT adalah orang-orang dari kalangan menengah ke bawah karena survei membuktikan banyak juga kalangan menengah ke atas yang melakukan KDRT,” kata Yeni.
Hanya saja karena mereka memiliki pendidikan lebih tinggi, kekerasan yang dilakukan bisa mereka tutupi secara rapi. Tapi kemudian muncul ke permukaan bila istri angkat bicara. (cr2/cr3/zie)