Manusia Paralon
BERJUANG – Meski tangan dan kakinya tersambung pipa paralon, Misto tetap bekerja mengumpulkan barang barang bekas untuk dijual. Ia tak sudi meminta-meminta.
SITUBONDO, KOMPAS.com – Siapapun yang dikaruniai fisik sempurna tetapi terkadang mengeluh, selayaknya berkaca pada Misto (52), warga Desa Sumberkolak, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Lelaki sepuh itu kedua tangan dan satu kakinya tidak sempurna atau cacat sejak lahir. Namun, Misto memiliki kreatifitas yang tinggi dan dapat melakukan aktivitas layaknya orang biasa.
Hampir semua pekerjaan orang normal ia lakukan secara sempurna, seperti halnya menaiki sepeda motor, memanjat tangga dan menjahit baju. Misto dapat melakukan dengan baik, setelah tangan dan kakinya yang cacat disambung sendiri dengan pipa paralon ukuran 2 dim.
“Sejak kaki saya dipasangi paralon, tetangga menjuluki saya sebagai manusia paralon,” ujar Misto, Jumat, (23/7/2010). Meski dijuluki manusia paralon ini, Misto tidak merasa malu, melainkan lebih semangat menampakkan kebesaran Tuhan yang diberikan kepada dirinya itu.
“Buat apa malu dan risih. Yang penting saya tidak mengemis dan bisa bekerja sendiri dengan kondisi fisik yang ada ini,” tukas pria yang dikarunia satu anak ini.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, setiap hari ia berprosesi sebagai pemasok barang rongsokan dan menjahit baju. “Kalau ada yang menyuruh menjahit, ya dijahit,” tegas Misto.
Selama ini, Misto hidup bersama dengan istrinya yang bernama Miswati (45). Dari hasil perkawinanya itu, Misto dikarunia seorang putra yang diberi nama Andi. Mereka hidup di sebuah rumah semi permanen dengan ukuran sedang.
Selain itu, ia juga membuat gubuk di pohon depan halaman rumahnya. Gubuk ukuran 3 X 2 ini dibangus secara khusus sebagai tempat untuk berdoa dan melakukan shalat malam. “Gubuk ini hanya khusus digunakan berdoa,” kata Misto.
Miswati mengaku dirinya sempat menjadi bahan ejekan, karena kondisi fisiknya suaminya tidak sama dengan orang normal. Namun, Miswati tidak merasa malu dan sebaliknya bangga serta semakin mencintai Misto.
“Saya bangga dengan dia (Misto, Red). Meski kondisinya ada yang kurang, tapi ia pekerja keras, ulet dan bertanggungjawab kapada keluarganya,” kata Miswati. (Izi Hartono)