Harvard Buka Program Guru besar Homosex

Boston (ANTARA News/Reuters) – Universitas Harvard membuka program guru besar studi lesbian, gay, biseksual dan transeksual yang merupakan pertama di Amerika Serikat sekaligus menunjukkan meningkatnya perhatian dunia akademis AS terhadap soal-soal yang berkaitan dengan relasi seks.

Salah satu kampus Ivy League (kumpulan delapan universitas elite AS) ini akan mengundang para guru besar tamu untuk mengajar seksualitas dan masalah-masalah yang berkaitan dengan kaum minoritas seksual selama satu semester, kata seorang pejabat Harvard, Rabu.

Ketika universitas-universitas lain masih sebatas menawarkan kursus singkat dan program sarjana untuk studi seksualitas, program guru besar Harvard untuk studi seksualitas yang akan dibiayai permanen oleh universitas ini, menjadikan Harvard sebagai universitas pertama di AS yang menawarkan program seperti ini.

Kaukus Gay dan Lesbian Harvard telah menggelontorkan dana 1,5 juta dolar AS untuk membiayai program guru besar bertitel resmi “F.O. Matthiessen Visiting Professorship of Gender and Sexuality”, yang mengabadikan nama cendikiawan dan kritikus sastra AS , F.O. Matthiessen.

Matthiessen yang meninggal dunia tahun 1950, pernah mengetuai program sarjana untuk studi sejarah dan kesusastraan di Universitas Harvard dimana dia menyembunyikan rahasia kehidupan homoseksnya.

Pada 2003 Harvard membuka kesempatan kepada para sarjana untuk menekuni masalah-masalah lesbian, gay, biseksual dan transgender sebagai satu bidang kajian akademis, demikian universitas itu.

Dewasa ini, program-program akademis berkaitan dengan seks, seksualitas dan orientasi seksual tumbuh berkecambah di kampus-kampus Amerika, dari Universitas Yale sampai Universitas California di Berkeley dan Universitas Minnesota.

“Ini sama sekali bukan berarti kami mampu membiayai (program ini), melainkan bahwa Harvard dan fakultas (seksualitas) di Harvard itu telah menerima kegurubesaran dalam studi gay dan lesbian,” kata Mitchell Adams, anggota Dewan Pengawas Harvard, salah satu dari dua dewan pengelola universitas yang berada di Cambridge, Massachusetts ini.

Posisi guru besar ini menunjukkan penerimaan tinggi kalangan kampus terhadap komunitas lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT), tambah Adams.

Candace Gingrich, manajer pada LSM pembela hak-hak kelompok gay Human Rights Campaign, menyatakan program guru besar studi seksualitas ini memberi para mahasiswa dari komunitas LGBT sesuatu yang diangankannya.

“Tatkala sebuah universitas sehebat Harvard menganggap isu ini penting dan melihat penting membuka program guru besar dalam studi LGBT, maka pengakuan itu adalah langkah yang sangat penting,” kata adik perempuan mantan Ketua DPR AS dari Partai Republik, Newt Gingrich, ini. (*)

Undangan Pesta Sex Melalui Face Book

Kuala Terengganu – Lagi-lagi situs jejaring sosial Facebook disalahgunakan. Baru-baru ini, undangan pesta seks yang melibatkan 200 pemuda ternyata disebarkan via situs itu. Edan! Pesta seks bertema ‘Come bare under the moonlight’ itu diselenggarakan pada 10 Mei lalu di Pulai Berhentian, Malaysia. Awalnya, polisi hanya menangkap sekitar 200 pemuda karena pesta yang mereka adakan dianggap terlalu liar. Namun, kecurigaan timbul setelah polisi menemukan kondom-kondom bekas pakai berserakan di pantai. Kepala tim polisi yang mengadakan penyelidikan, Razman Ahmad, langsung menyimpulkan mereka mengadakan pesta seks. “Kami belum bisa menyampaikan banyak hal sebab kami masih mengadakan penyelidikan. Yang jelas, ada indikasi hubungan seksual. Sebab kami banyak menemukan alat-alat seks,” kata Razman, seperti dilansir Straits Times, Selasa (19/5). Polisi saat ini sedang menginterogasi penyelenggara, seorang pria berusia 31 tahun dari Kedah. Ia mengajak kekasihnya asal Irlandia, yang diduga sebagai penyebar undangan melalui Facebook. Pesta ini merupakan kedua kalinya yang tertangkap polisi. Pesta pertama, diselengarakan pada 3 Mei lalu dan polisi terlambat tiba di lokasi kejadian, saat pesta telah usai. Saat ini mereka juga menyelidiki kasus serupa yang diduga akan terjadi di Langkawi dan Port Dickson. [vin/jib]

 

Sumber : Inilah.com

Wow… Cewek-Cewek Main Futball Pake Bikini

Freeport – Jika berbicara mengenai seks dan olahraga, Amerika seolah tak pernah kehabisan ide. Kini ada Liga Football Lingerie, di mana pemainnya terdiri dari perempuan seksi yang hanya mengenakan pakaian dalam akan berlarian berebut bola dan saling sikut satu sama lain. Hmm…

“Banyak yang mengatakan ini merendahkan, tapi tidak begitu. Kami tak hanya berdiri di sana dan terlihat cantik seperti model. Kami juga terkena pukulan-pukulan keras,” kata seorang pemain dari tim JetBlue, Sovann Wyong, seperti dikutip Straits Times, Senin (18/5).

Berlokasi di Freeport, tak jauh dari Long Island, New York, 24 perempuan cantik dan seksi sedang melakukan pemanasan di sebuah gym. Mereka akan melakukan uji coba dalam sebuah pertandingan persahabatan.

Pada akhirnya, hanya ada 10 tim foutbol perempuan yang bisa mengikuti olahraga seksi itu. Tampak dua pelatih pria, melakukan pemanasan dengan tim masing-masing serta sibuk memberikan mereka instruksi.

Salah satu pendiri liga, Mitchell Mortaza mengatakan, tak akan ada perbedaan dalam aturan dasar olahraga ini. Ia juga menyadari, seks mungkin menjadi sebuah marketing tool yang masih bisa menjual di negaranya.

“Itulah bedanya liga ini dengan lainnya. Kami harus bisa menciptakan pasar,” pungkas Mortaza.

Jangan heran jika ingin menjadi atlet football perempuan, akan ada banyak persyaratan yang menghadang. Terutama dalam penampilan fisik. [vin/nuz]

Sumber: inilah.com